Jumat, 26 April 2013

Puisi Surga Pagi


Surga Pagi

Mentari pagi telah menyapa
Dengan senyuman yang menawan
Langit tampak cerah nan biru
Burung-burung terlihat berterbangan

Kicauan burung bagaikan musik surga
Dentuman jam pun berbunyi dengan merdu
Kokok ayam menambah kemerduan musik pagi
Adzan Shubuh pun membuat musik pagi semakin indah

Pagi akan terasa semakin indah
Jika dimulai dengan beranjak mengambil air wudlu
Sholat berjamaah di masjid
Juga mendengar do’a yang semua orang ucapkan setiap pagi

Pagi akan selalu indah dan sejuk
Jika tak ada asap berterbangan
Pohon selalu merasa ceria setiap hari
Dan udara tak berpolusi

Sungguh Allah menciptakan pagi yang indah
Aku berjanji akan selalu membuat pagi yang ceria
Dengan keagungan Allah
Kita selalu merasakan surga pagi

Jumat, 19 April 2013

Cerpen Kamu Guruku


Kamu Guruku

Hari itu adalah hari pertamaku kuliah. Aku tidak menyangka, aku dapat masuk ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang cukup ternama di Indonesia. Aku sangat bersyukur dapat diterima disana lewat jalur undangan. Aku sangat bahagia sekali keinginanku dapat tersampaikan. Jurusan yang akan aku tempuh juga, jurusan yang sesuai dengan keahlianku.
Pertama kali masuk kelas, aku tidak mengenal siapapun. Aku bingung siapa yang akan aku ajak berkenalan. Aku juga anak yang pemalu. Tiba-tiba ada salah satu anak perempuan cantik yang mengajakku berkenalan.
“Hai, boleh tahu siapa namamu?” Tanyanya kepadaku.
“Namaku Ryan, kalau namamu siapa?” Kataku kepadanya.
“Namaku Anis, senang bisa berkenalan denganmu” Katanya sambil tersenyum kepadaku.
Aku tak habis pikir dia sungguh cantik. Pada saat dosenku memberikan pertanyaan, Anis menjawabnya dengan lancar. Namun pada saat dosen bertanya padaku, aku tidak menjawab satu kata sama sekali. Aku sangat malu karena aku kalah dengan seorang wanita. Aku heran mengapa aku tidak bisa menjawabnya saat itu. Padahal, selang beberapa menit kemudian aku tahu jawabannya. Setelah kelas selesai aku mengajak Anis ke taman di kampusku.
“Nis, ke taman yuk” Tawarku ke Anis.
“Ayo Yan” Jawabnya.
Kami di taman bercerita-cerita tentang pengalaman yang pernah kita alami. Kami juga bercanda tawa dengan lelucon yang sangat lucu. Aku sangat nyaman sekali berteman dengannya. Dia tidak hanya cantik tapi dia juga pintar dan lucu.
Suatu hari aku sangat kebingungan sekali mengerjakan tugas dari dosen. Sudah kucoba untuk mengerjakannya tapi gagal. Aku mencoba mengerjakannya berkali-kali tapi selalu gagal dan justru lebih jelek dari yang pertama. Karena lelah aku berhenti sejenak dan melihat telepon genggamku. Tiba-tiba aku teringat Anis, aku langsung menelponnya.
“Halo, Anis?” Tanyaku.
“Iya, ada apa Yan tiba-tiba menelponku?” Tanyanya.
“Bisa bantu aku tidak Nis? Aku mengerjakan tugas dari Pak Heri loh selalu gagal” Tanyaku Lagi.
“Bisa kok Yan, Aku sudah selesai mengerjakan tugas yang itu” Jawabnya.
“Makasih loh Nis aku jadi tidak enak sama kamu, aku besok ke rumahmu ya Nis” Kataku.
“Ah tidak apa-apa kok Yan, oke aku tunggu” Kata Anis.
Keesokan harinya aku datang ke rumah Anis. Anis membantuku mengerjakannya dengan suka rela. Dia juga mengerjakannya dengan baik dan benar. Dia tidak hanya membantu mengerjakannya tapi dia juga mengajariku bagaimana cara menyelesaikannya dengan baik. Tugasku akhirnya dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan Anis. Aku sangat beruntung dapat kenal dengan anak sebaik Anis.
Satu semester berlalu, hari itu adalah Ujian semester. Sebelum hari itu aku benar-benar belajar dengan giat. Karena keseriusan belajarku, aku dapat mengerjakan soal-soal ujian dengan lancar tidak ada satu soal yang belum terisi olehku. Soal-soal yang diberikan begitu mudah menurutku.
Setelah liburan semester berlalu, pengumuman hasil ujian tertempel di Mading kampus. Aku mencari-cari namaku terletak dimana. Setelah aku melihat namaku, aku sangat terkejut melihat IP yang aku peroleh hanya 3,05. IP yang kuperoleh hampir saja membuatku tidak bisa melanjutkan ke semester berikutnya. Setelah itu, aku mencari nama Anis. Aku melihat nama Anis terletak di peringkat lima dengan IP yang sangat tinggi. Aku sangat kagum dengan nilai yang diperolehnya.
Sejak hari pengumuman itu, aku tidak pernah bertegur sapa dengan Anis. Aku malu dan merasa aku tidak pantas berteman dengannya. Dia sering menyapaku tapi aku tidak pernah mnghiraukan sapaannya. Dia juga sering mengirim SMS dan menelponku tapi aku tidak pernah menghiraukannya. Sampai suatu hari, aku mendengar kabar dia opname dirumah sakit. Setelah mendengar kabar itu, aku juga tidak menjenguknya. Setelah dia masuk kuliah lagi, dia menahan tanganku.
Dia berkata “Mengapa kamu menghindar dariku? Apa salahku?”.
Aku berkata “Kamu tidak punya salah kok”.
“Lalu Mengapa?” Tanyanya.
“Aku hanya merasa tidak pantas berteman denganmu, kamu anaknya cantik, pintar, baik, sedangkan aku” Jawabku.
“Hei, hei, justru semenjak pengumuman itu aku ingin membantumu untuk mencapai IP yang sangat bagus” Kata Anis.
“Ya Tuhan, baru kali ini aku bertemu dengan orang yang sebaik dia” Kataku dalam hati.
Semenjak hari itu aku seolah les privat dengan Anis. Setiap hari setelah kelas selesai aku dan Anis selalu belajar bersama di tempat yang menurut kami nyaman. Aku merasa dia memberi perhatian lebih kepadaku. Aku merasa seperti aku ini adalah saudaranya yang sangat dekat. Kami selalu merasakan senang dan duka bersama.
Setelah satu semester berlalu lagi. Aku menghadapi ujian semester lagi. Lagi-lagi aku mengerjakan soal-soal itu dengan lancar. Soal-soal yang diberikan terasa lebih mudah dibanding ujian semester lalu. Setelah hasil ujian ditempel dimading, aku mendapati namaku terletak di peringkat tiga. Namun, aku melihat nama Anis di peringkat lima. Aku sangat terheran hasil yang ku peroleh dapat melampaui hasil yang diperoleh Anis. Tiba-tiba ada seseorang menepuk bahuku.
“Ehm…. Bagus Yan, kamu pantas mendapatkannya, pertahankan terus ya nilaimu” Kata Anis sambil tersenyum kepadaku.
“Makasih Nis, ini kan berkat kamu” Kataku sambil bersenyum balik pada Anis.
“Sama-sama Yan tapi itu tidak sepenuhnya berkatku tapi semangatmu untuk belajar yang membuat kamu mendapatkan nilai itu” Kata Anis
Beberapa minggu setelah pengumuman, Anis opname di rumah sakit lagi. Aku menjenguknya dengan membawa buah-buahan kesukaannya. Kata orang tuanya, dia sakit kanker paru-paru dengan stadium yang tinggi. Aku tidak menyangka anak sesemangat dan seceria Anis ternyata menyimpan penyakit yang begitu parah. Aku semakin kagum dengan Anis yang kukenal.
Seminggu kemudian, Anis keluar dari rumah sakit karena dinyatakan keadaannya mulai membaik lagi. Namun setelah dia keluar dari rumah sakit, tiba-tiba dia meminta maaf kepadaku. Aku terheran, seingatku Anis tidak punya salah kepadaku. Aku terus bertanya-tanya mengapa dia berkata seperti itu. Tiba-tiba aku memiliki firasat yang sangat buruk terhadap Anis. Aku juga bermimpi jelek tentang Anis. Keesokan harinya, aku mendapat berita yang sangat buruk dari temanku.
“Nah ini dia yang aku cari, kamu tahu tidak tentang kabar ini?” Kata temanku.
“Kabar apa Din?” Tanyaku.
“Kabarnya sangat buruk sekali tadi jam lima pagi Anis meninggal dunia” Kata temanku.
“Serius kamu?” Tanya temanku.
“Aku serius Yan, aku tidak mungkin bercanda tentang hal seperti itu”
Aku sungguh tidak menyangka, teman terbaikku telah tiada. Aku sangat merasa sangat kehilangan. Seolah aku kehilangan saudaraku yang begitu dekat. Selama kelas dimulai, aku sama sekali tidak berkonsentrasi dengan apa yang dijelaskan oleh dosen. Setelah kelas selesai, aku langsung ke rumah Anis untuk melayatnya. Seharian aku tidak berhenti menangis dan berkata “Mengapa kamu datang dan pergi dengan cepat dari kehidupanku?”. Aku seolah tidak percaya atas kepergianmu ini. Kebaikan dan tidak akan pernah kulupakan Anis. Kamu membuatku mempelajari banyak hal tentang dunia ini. Kamu bukan hanya guruku dalam mata kuliah dalam jurusan kita tapi kamu guruku dalam segala hal. Kamu adalah guruku.



Selesai

Senin, 15 April 2013

Perilaku Tercela



A.    Sikap Hasud

Kata hasud dalam bahasa Arab berarti orang yang memilki sifat dengki. Dengki adalah satu sikap mental seseorang tidak senang orang lain mendapat kenikmatan hidup dan berusaha untuk melenyapkannya, sifat ini harus dihindari oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
 Rasulullah SAW telah bersabda:
دَبَّ اِلَيْكُمْ دَاءُ الاُمَمِ قَبْلَكُمْ البَغْضَاءُ وَ الحَسََدُ هِيَ حَالِقَةُ الدِّيْنِ لاَ حَالِقَةُ الشَّعْرِ (رواه) احمد و ترمذى
Artinya: “Telah masuk ke tubuhmu penyakit-penyakit umat tedahulu, (yaitu) benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur rambut.” (HR Ahmad dan Turmidzi)
Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa hancurnya agama sejak dahulu adalah disebabkan oleh timbulnya sifata benci dan dengki diantara pemeluknya. Betapa kejinya sifat benci dan dengki apabila berkembang ditengah-tengah masyrakat apalagi di sekolah. Sifat tersebut dapat menghancurkan nama baik sekolah dan sudah dapat dipastikan sekolah tersebut akan menjadi sumber malapetaka bagi masyarakat di sekitarnya.
Perlu diketahui, bahwa seseorang yang dihasudi, tidak akan pernah berkurang rejekinya karena adanya orang yang hasud kepadanya, bahkan seorang yang hasud kepadanya tidak akan pernah mampu “mengambil sesuatu” yang dimiliki oleh orang yang dihasudi tersebut. Oleh karena itu, keinginan orang yang hasud akan hilangnya apa yang diberikan Allah Swt terhadap orang yang dihasudinya itu merupakan perbuatan yang sangat zalim.
Selanjutnya, seorang yang hasud sebaiknya melihat keadaan orang yang dihasudinya. Jika orang yang dihasudinya itu memperoleh kenikmatan duniawi semata, maka sebaiknya dia menyayanginya, bukan bersikap hasud kepadanya, karena apa yang diperolehnya memang sudah ditentukan baginya bukan untuk orang yang hasud tersebut. Bukankah kelebihan harta benda merupakan suatu kesusahan? Seperti yang diungkapkan oleh al-Mutanabbi: “Seorang pemuda menuturkan ‘kehidupannya’ yang kedua. Yang dibutuhkannya hanyalah yang dimakannya. Sedangkan kelebihan kehidupannya hanya menjadi kesusahan baginya saja”.
Maksud dari perkataan di atas adalah bahwa banyaknya harta benda akan menyebabkan timbulnya perasaan khawatir yang berlebihan dalam dirinya. Seseorang yang memiliki banyak jariya’h (budak perempuan), maka dia akan semakin merasa khawatir kepada mereka atau bahkan banyak menyita perhatian dan pikirannya. Begitu juga dengan seseorang yang sedang berkuasa, dia sangat merasa ketakutan akan dicopotnya jabatan tersebut dari dirinya.
Ketahuilah, bahwa kenikmatan itu seringkali bercampur dengan kesusahan. Kenikmatan mungkin hanya bisa dirasakan sebentar saja, tetapi kesusahan yang mengiringinya mungkin akan dirasakan dalam waktu yang lama, sehingga orang tersebut menginginkan agar kenikmatan itu segera sirna saja atau dia bisa membebaskan diri dari kenikmatan tersebut. Yakinlah, bahwa sesuatu yang membuat seseorang merasa iri terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain belum tentu dirasakan oleh orang tersebut seperti yang dibayangkan oleh orang yang hasud tersebut. Banyak orang yang menyangka bahwa para pejabat itu bergelimang dengan kenikmatan. Mereka tidak memahami bahwa jika seseorang sangat menginginkan sesuatu, kemudian dia berhasil memperolehnya, maka sesuatu itu akan terasa biasa-biasa saja baginya, dan dia akan terus mengejar sesuatu yang dianggapnya lebih tinggi dari itu. Sementara, orang yang hasud hanya memandang semua itu dengan pandangan yang penuh harap dan penuh ambisi. Seorang yang hasud hendaknya mengetahui konsekuensi penderitaan yang mungkin saja dialami oleh orang yang dihasudinya di balik kenikmatan yang semu yang dirasakannya.
Dalam sebuah hadits yang sanadnya bersambung kepada Zubair bin al-‘Awwam, Rasulullah Saw bersabda: “Telah menjalar kepada kalian penyakit umat-umat sebelum kamu, yaitu (penyakit) hasud dan permusuhan. Sifat permusuhan merupakan sesuatu yang bisa merusak dan membinasakan, yakni merusak agama…. Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak dianggap beriman sampai kalian saling mencintai (satu sama lain). Maukah kalian aku beritahu tentang sesuatu yang jika kalian mengamalkannya, maka kalian akan saling menyayangi, sebarkanlah salam di antara kalian”
Dalam hadits lain yang sanadnya bersambung kepada Salim dari ayahnya, Rasulullah Saw bersabda:
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَبْنِ رَجُلٍ أَتَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ القُرْانَ فَهُوَ بَقُوْمُ بِهِ أَنَاء اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ، و رَجُلٍ أَتَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ فِى الحَقِّ أَنَاء اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ َ
“Tidak diperbolehkan hasud kecuali kepada dua orang, yakni kepada seorang laki-laki yang diberikan al-Qur’an oleh Allah Swt sedangkan dia mengamalkannya siang dan malam; dan kepada seorang laki-laki yang diberikan harta oleh Allah Swt lalu dia menginfakannya di jalan yang benar siang dan malam”. (HR Bukhari dan Muslim)
1.     Bahaya Perbuatan Hasud
Sifat hasud sangat membahayakan kehidupan manusia antara lain:
a.      menyebabkan hati tidak tenang karena selalu akan memikirkan bagaimana keadaan itu dapat hilang dari seseorang.
b.     Menghancurkan persatuan dan kesatuan, karena biasanya orang yang hasud akan mengadu domba dan suka menfitnah
c.      Menghancurkan kebaikan yang ada padanya. Rasulullah SAW bersabda:
عن ابى هريرة قال : قال رسول الله ص م اياكم و الحسد, فان الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب (رواه ابر داود)
Artinya: “Dari Abu Hurairah katanya: Telah bersabda rasullah SAW : Hendaklah engkau menjauhkan diri dari sifat hasud, sebab sifat hasud memakan kebaikan sebagaimana api membakar kayu bakar.” (HR Abu Daud)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa kita diperintahkan menjauhi sifat hasud, karena sifat hasud dapat memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.
2.     Cara Menghindari Hasud
Cara menghindari hasud antara lain sebagai berikut:
a.      Meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT
b.     Menyadari bahwa pemberiya’n dari Allah kepada manusia tidaklah sama, sesuai dengan kehendaknya
c.      Menyadari bahwa hasud dapat menghapuskan kebaikan.

B.    Sikap Riya’
Riya’ artinya memperlihatkan (menampakkan) diri kepada orang lain, supaya diketahui kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia, bukan ikhlas karena Allah
Riya’ itu bisa terjadi dalam niat, yaitu ketika akan melakukan pekerjaan. Bisa juga terjadi ketika melakukan pekerjaan atau setelah selesai melakukan suatu pekerjaan
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan protes, ‘Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?’ Allah menjawab, ‘Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar dirimu dikatakan sebagai pemberani.Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu’.” Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT berfirman,:
Artinya: ‘Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (Al-Furqan: 23).
Abu Hurairah RA juga pernah mendengar Rasulullah bersabda, ”Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.” Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah, ”Apakah keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu tidak menipu Allah.” Orang tersebut bertanya lagi, ”Bagaimana menipu Allah itu?” Rasulullah menjawab, ”Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.” Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, ”Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.” Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, ”Takutlah kamu kepada syirik kecil.” Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Rasulullah berkata, ”Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, ‘pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka’?
1.     Riya’ dalam Niat
Riya’ dalam niat, yaitu ketika mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginan untuk mendapat pujian, sanjungan dan penghargaan dari orang lain, bukan karena Allah. Padahal niat itu sangat menentukan nilai dari suatu pekerjaan.
Jika pekerjaan yang baik dilakukan dengan niat karena Allah maka perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah. Jika dilakukan karena ingin mendapat sanjungan dan penghargaan dari orang lain, maka perbuatan itu tidak akan memperoleh pahala dari Allah. Hanya sanjungan dan itulah yang akan dia peroleh. Nabi Muhammad SAW bersabda:
اِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ … (رواه مسلم)
Artinya: “sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya.” (HR Muslim)

2.     Riya’ dalam Perbuatan
Riya’ dalam perbuatan ini, misalnya ketika mengerjakan shalat dan bersedekah. Orang riya’ ini dalam mengerjakan shalat biasanya dai memperlihatkan kesungguhan, kerajinan dan kekhusyukannya jika dia berada di tengah-tengah orang atau jamaah. Sehingga orang lain melihat dia berdiri, rukuk, sujud dan sebagainya. Dai shalat dengan tekun itu mengharapkan perhatian, sanjungan dan pujian orang lain agar dia dianggap sebagai orang yang taat dan tekun beribadah. Orang yang riya’ dalam shalatnya akan celaka diakhirat nanti. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Maun ayat 4-7 dan An Nisa ayat 142:
   
Artinya: “ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, . orang-orang yang berbuat riya’], dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS Al Maun : 4-7)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS An Nisa : 142)
3.     Bahaya Riya’

Riya’ berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain. Terhadap diri sendiri, bahaya riya’ itu akan dirasakan oleh dirinya berupa ketidak puasan, rasa hampa, sakit hati dan penyesalan. Ketika orang lain tidak menghargai, tidak menyanjungnya dan tidak berterima kasih kepadanya. Padahal ia telah menolong orang lain, bersedekah dan sebagainya. Akhirnya, jiwa akan sakit dan keluh kesah yang tiada hentinya.
Bahaya riya’ terhadap orang lain akan diolok-olok dan dicaci oleh orang yang telahn dibantu atau memberinya dengan riya’ itu. Dia mengumpat dan mencaci itu karena keinginan untuk disanjung dan dipuji tidak dipenuhi sesuai dengan kehendaknya. Orang yang telah diumpat dan dicaci itu pasti akan tersinggung dan akhirnya terjadilah perselisihan antara keduanya.
Perbuatan riya’ sangat merugikan, karena Allah tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatannya. Hal ini tergambar dalam sabda nabi Muhammad SAW yang artinya sebagai berikut.
Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya manusia yang pertama kali diadili di hari kiamat adalah seorang yang mati syahid, kemudian dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya dan iapun mengakuinya. Lantas ditanya: Dipergunakan untuk apa nikmat itu?, ia menjawab: Aku berperang karenamu sehingga aku mati syahid. Allah menjawab: Dusta engkau, sesunggunya kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai pahlawan. Dan kemudian (malaikat) diperintahkan untuk menyeret orang itu dan melemparnya ke dalam neraka.
Kedua, seorang yang dilapangkan rezekinya dan dikaruniai berbagain macam kekayaan, kemudian ia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya itu, dan ia pun mengakuinya. Lantas ditanya: Dipergunakan untuk apa nikmat itu?. Ia menjawab: Aku tidak pernah meninggalkan infaq pada jalan yang tidak engkau ridhai, melainkan aku berinfaq (hanya) karena mu. Lalu Allah menjawab: Dusta engkau sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai dermawan. Kemudian (malaikat) diperintahkan untuk menyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka.
Ketiga, seorang yang belajar dan mengajar dan suka membaca Al Qur’an maka ia dihadapkan dan diperlihatkan nikmat yang telah diterimanya itu dan ia pun mengakuinya, lantas ditanya: Dipergunakan untuk apa nikmat itu?. Ia menjawab: Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta mambaca Al Qur’an hanya untuk mu (ya Allah). Lalu Allah menjawab: Dusta engkau. Sesungguhnya engkau menuntut ilmu supaya dikatakan orang pandai dan engkau membaca Al Qur’an supaya dikatakan sebagai qari. Lalu (malaikat) diperintahkan untuk menyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka.” (HR Muslim)
C.    Sikap Aniaya
Aniaya adalah perbuatan bengis seperti penyiksaan atau penindasan. Menganiaya berarti menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk ketidak sewengan seperti menindas, mengambil hak orang lain dengan paksa dan lain-lainnya
Pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa penganiayan merupakan kejahatan yang bersifat mengancam harta dan jiwa. Perbuatan itu sama dosanya dengan mencuri, bahkan lebih besar, karena didalamnya terdapat unsur kekerasan. Jika sampai membunuh korbannya maka jelas perbuatan itu termasuk salah satu dosa besar. Firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS Al Maidah : 33)
Dari ayat tersebut, dinyatakan bahwa hukuman bagi penganiaya diberlakukan sesuai dengan jenis perbuatan yang dilakukannya, yaitu sebagai berikut.
1.     Jika menganiaya dan membunuh korban serta mengambil hartanya, penganiaya dihukum dibunuh dan disalib
2.     Jika ia hanya mengambil harta tanpa membunuh korbannya maka hukumannya dihukum potong tangan dan kakinya dengan cara silang.
3.     Jika ia tidak mengambil harta dan membunuh karena tetangkap sebelum sempat melakukan sesuatu atau hanya menakui0nakuti saja maka hukumannya adalah dipenjara.

Sabtu, 13 April 2013

Cerpen Senyummu Menutupinya


Senyummu Menutupinya


Aku kini telah duduk di kelas sebelas. Aku bersyukur sekali aku dapat masuk di kelas 11 IPA karena banyak sekali temanku yang ingin masuk kelas IPA tapi tidak dapat masuk. Pertama kali aku masuk kelasku yang baru, aku bingung duduk di sebelah siapa. Pada saat aku kebingungan, tiba-tiba aku terpikir untuk duduk di sebelah temanku sekelasku saat kelas sepuluh.
“Ari, aku duduk di sebelahmu ya?” Tanyaku kepada Ari.
“Oh iya silahkan, wah kebetulan sekali aku sekelas lagi denganmu Dam” Jawab Ari.
Setelah itu aku dan Ari berbincang-bincang tentang bagaimana hasil rapot yang kita peroleh. Kami juga membicrakan tentang guru-guru di sekolah kami dan berharap guru yang mengajar di kelas kami adalah guru-guru yang mengajarnya mudah dipahami. Aku juga berpikir pasti saingan-sainganku di kelas sebelas lebih berat dibandingkan dengan kelas sepeuluh.
Setelah bel berbunyi, teman-temanku masuk kelas. Setelah masuk kelas semua, aku melihat aku sekelas dengan siapa saja. Terlihat Iqbal, Rama, Putri anak-anak yang termasuk dalam anak berprestasi pada angkatanku. Sungguh sainganku terlihat sangat berat. Aku melihat sekitarku lagi,tiba-tiba aku tersentak melihat anak cantik berjilbab yang duduk di sebelah kanan bangkuku. Aku ingin sekali berkenalan dengannya. Guru yang mengajar kelasku masuk kelas. Guruku mempresensi kami, saat yang di panggil nama Aini Rahma Fitria, anak cantik itu mengacungkan tangan. Setelah itu, aku mulai tahu namanya.
Satu minggu kemudian aku mulai akrab dengannya. Aku sering bertanya tentang tugas ke dia jika aku tidak tahu. Aku juga sering tanya tentang pelajaran-pelajaran yang tidak terlalu aku pahami. Dia selalu tersenyum kepadaku jika bertemu denganku dimana saja. Dia juga selalu menyapaku.
“Adam…..” Sapanya kepadaku.
“Iya Aini” Balas sapaku kepadanya.
Suatu hari aku mendapat tugas kelompok oleh guru Bahasa Indonesia. Kebetulan aku satu kelompok dengan Aini. Tugasnya adalah menulis naskah drama dan menampilkannya di depan kelas. Naskah dramanya ditulis oleh Aini sendiri karena aku dan teman-teman kelompokku kecuali Aini, tidak ada yang bisa mengarang cerita. Setelah naskah drama telah selesai, aku mengajak teman-teman kelompokku untuk latihan pada Hari Sabtu. Kami berkumpul disekolah karena belum tahu rumah masing-masing anggota kelompokku.
“Latihan dirumah siapa ini?” Tanyaku.
“Di rumah Aini saja” Jawab Rika.
“Jangan di rumahku, lagi ada tamu” Kata Aini.
“Di rumahmu saja bagaimana Ngga?” Tanyaku kepada Angga.
“Ya sudah di rumahku saja tidak apa-apa” Jawab Angga.
Setelah itu kami latihan di rumah Angga. Kami latihan hingga menjelang sore, itu pun kami belum hafal sepenuhnya. Naskah drama yang dibuat Aini sangat bagus dan ceritanya menyentuh hati. Aku hingga merasa iba membaca naskahnya. Setelah, latihan kami pulang ke rumah masing-masing.
“Aini, aku antarkan kamu pulang ke rumah ya?” Tawarku kepada Aini.
“Tidak usah dam, aku naik angkutan umum saja” Jawab Aini.
“Tak apalah Aini hitung-hitung mengirit uangmu” Rayuku kepadanya.
“Ya sudahlah, apa boleh buat aku tidak bisa menolak niat baikmu Dam” Kata Aini.
Hatiku bersorak gembira karena Aini menerima tawaranku. Teman-temanku tersenyum padaku karena mereka tahu bagaimana perasaanku kepada Aini. Namun, aku hanya bisa mengantarnya di depan gang rumahnya karena dia tidak ingin diantar samapai depan rumahnya. Aku penasaran dengan rumah Aini seperti apa. Aku menitipkan sepeda motorku kepada tetangga Aini. Lalu, aku mengikutinya dengan sembunyi-sembunyi hingga dia tiba di rumahnya. Pada saat dia tiba di rumahnya dan aku melihat bentuk rumahnya yang mungil. Aku mengelus dadaku melihat rumah Aini.
“Ya Tuhan, aku bersyukur sekali  mempunyai rumah yang layak dan orang tua yang berkecukupan, sedangkan temanku ini tidak seperti aku yang hidup berkecukupan” Kataku dalam hati yang iba melihat keadaan Aini.
Tiba-tiba aku terdengar suara teriakan yang mengagetkanku terdengar dari dalam rumah Aini.
“Dari mana saja kamu jam segini baru pulang?” Bentak ayahnya kepada Aini.
“Latihan drama Yah, tadi Aini sudah bilang kan ke Ayah” Jawab Aini.
“Ah alasan, masa sampai jam segini?” Marah Ayahnya.
Aku sangat terkaget mendengar perkataan ayahnya Aini. Tidak kusangka ayahnya sangat mengekang Aini. Aku juga tidak menyangka hidup Aini begitu rumit. Tiba-tiba ada tetangga Aini menyapaku.
“Kenapa Mas? Mas pasti kaget ya mendengar suara barusan?” Tanya tetangga Aini.
“Iya Mbak, Kenapa ya ayahnya Aini sangat mengekang Aini?” Tanyaku.
“Itu sudah biasa Mas setiap hari Aini selalu dimarahi ayahnya, hidup Aini sangat rumit Mas, ayah dan ibunya sudah cerai, setelah cerai ayahnya sering mabuk-mabukan, main judi, padahal dulu ya Mas, Aini itu orang yang kaya di kampungnya dulu, saya iba melihat Aini tapi saya salut dengannya” Cerita tetangga Aini.
“Ya Tuhan aku sangat iba dan prihatin dengan temanku satu ini” Kataku dalam hati.
Keesokan harinya aku lewat di daerah rumah Aini. Tiba-tiba aku melihat Aini tidak memakai jilbab dan menggunakan pakaian yang seksi. Dia juga di tarik oleh ayahnya. Aku terheran-heran, Aini itu akan diajak kemana oleh ayahnya, sampai harus menggunakan baju seperti itu. Karena kepenasaranku, aku mengikuti mereka. Mereka berhenti di suatu tempat. Ternyata ayah Aini mengajaknya ke tempat yang tidak benar dan perbuatan yang dilakukan di sana sangat dilarang oleh Tuhan. Aku tidak menyangka, ternyata ada orang tua yang malah menjerumuskan anaknya kedalam lubang hitam.

Setelah ayahnya pergi, aku menghampiri Aini. Aku berusaha menyelamatkan Aini dari lubang hitam tersebut. Sampai-sampai aku harus bertengkar dengan orang-orang disekitar daerah itu. Aku tidak perduli bagaimana keadaan diriku. Aku hanya mementingkan keadaan Aini teman baikku. Setelah kejadian pada hari itu, Aini tidak pulang ke rumah ayahnya tapi dia pulang ke rumah ibunya.
Tak kusangka temanku yang cantik, baik, dan selalu senyum ini menyimpan masalah keluarga yang cukup banyak seperti ini. Dibalik senyumnya yang manis itu menyimpan derita yang sangat mendalam. Aku menceritakan cerita ini kepada temanku tapi temanku tidak ada yang percaya dengan ceritaku. Senyumannya yang manis membuat teman-temanku tidak percaya, karena senyumannya seolah selalu bahagia sepertiku dan anak-anak lainnya. Aku sangat kagum dengannya karena dia dapat menutupi segala deritanya. Tidak salah aku menyukainya, dia sangat sempurna di mataku. Kata-kata yang terucap dari bibirku adalah “Sungguh senyummu menutupinya”.


Selesai

Kamis, 04 April 2013

Cerpen Tidak Seutuhnya Cantik


Tidak Seutuhnya Cantik

Pada  saat  aku  pertama  masuk  di  kelasku  yang  baru,  aku  bingung  duduk  dimana  karena  tempat  duduknya  hampir  penuh.  Tiba-tiba  aku   terpikir   untuk  memilih  duduk  disebelah  anak  cantik  yang  berjilbab.
Aku berkata  “ Apakah aku boleh duduk disini ? ”
Dia menjawab  “ Oh  tentu saja boleh ”
Lalu Aku berkata  “ Terima kasih ”
Lalu  aku  duduk  disebelahnya  dan  berkenalan  dengannya.  Dia  bernama  Aricha.  Kami  juga  berbincang-bincang  tentang  kelas  yang   kami  tempati  tahun  lalu.  Dalam  satu  hari  saja  aku  merasa  senang  berteman  dengannya.  Setiap  hari  aku  juga  merasa  seperti  itu.  Juga  semakin  hari  aku  sema  Menurutku  dia  anak  yang  baik, pintar, dan  tidak  sombong.  Dia  juga  taat  beribadah,  juga  sering  melaksanakan  puasa  sunnah.
Setelah  satu  bulan,  aku  mulai  akrab  dengan  teman  sekelasku.  Teman-teman  juga  sudah  mulai  mengenalku.  Aku  juga  mulai  tahu  siapa  saja  yang   termasuk  anak  pintar  di  kelas.  Suatu  hari,  ada  salah  satu  temanku  yang  mengejekku  dengan  kata-kata  yang  sangat  menusuk  hati.
“ Heh  kamu,  anak  yang  tidak  tahu  diri,  berkaca  sana  mukamu  seperti  apa  itu ”  Ejek  salah  satu  temanku  yang  ditujukan  kepadaku  dan  langsung  didepanku.
Aku  hanya  bisa  diam  dan   aku  tidak  berontak  sama  sekali  karena  aku  tidak  ingin  membuat  masalah  dengannya.   Aku  tidak  tahu  mengapa  dan  apa  yang  membuat  temanku  berkata  seperti  itu.  Kata-kata  itu  juga  dikatakan   berkali-kali  dan  tidak   hanya   satu  anak  yang  mengatakannya.  Setiap  hari  aku  selalu  terheran  dan  terus  bertanya.
Suatu  hari  aku  mencurahkan  hatiku ke mamaku  tentang  kejadian  disekolah.
“ Ma, aku  heran  sama  teman-temanku,  mereka  mengejekku  dengan  kata-kata  yang  menusuk  hati dan  aku  tidak  tahu  maksudnya  apa ”  Aku  berkata  dengan  sedih
“ Sudah  tidak  usah  dimasukkin  ke  hati,  anggap  saja  angin  itu  sebagai  yang  hanya  lewat ”  Kata  mamaku  sambil  menghiburku.
Namun,  semakin  lama  semakin  sering  mereka  mengejekku.  Kata-kata  yang  mereka  ucapkan  lebih  menusuk  hati  daripada  sebelumnya.  Kata-kata  itu  juga  sangat   melecehkan  harga  diriku.  Terutama  anak  laki-laki.
“ Heh,  kamu  itu  buat  apa  kamu  pakai  jilbab  kalau  tingkah  lakumu  seperti  itu,  lepas  aja  jilbab  itu ”  Ejek  temanku  dengan  sangat  kasar.
Benar-benar  aku  tidak  habis  pikir,  kata-kata  yang  dilontarkannya  sangat  kasar. Seolah  aku  ini  orang  yang  hina  dan  sangat  tidak  ada  harganya  bagi  mereka.  Semakin  hari  semakin  menjadi  kebencian  mereka  kepadaku.  Aku  tidak  tahu  harus  berbuat  apa.  Aku  hanya  bisa  berdo’a  kepada  Tuhan  atas semua  yang  terjadi.
Satu  semester  telah  berlalu,  namun  mereka  tetap  seperti  itu  kepadaku.  Lebih  parah  lagi  beberapa  anak  dari  kelas  lain  juga  seperti  itu.  Kata-kata  yang  mereka  lontarkan  semakin  kasar  dan  tidak  senonoh.
“ Cewek,  kamu  cantik  banget  sih,  nanti  malam  mau  gak  tidur  sama  aku,  berapa  sih  pasti  aku  bayar  kok ”  Kata  salah  satu  anak  dari  kelas  sebelah
“ Eh,  cewek  pelacur  lewat,  tapi  kok  pakai  jilbab  ya ”  Kata  anak  lain  dari  kelas  yang  berbeda.
“ Ya  Tuhan  sungguh  aku  sangat  hina  dimata  mereka,  mengapa  seperti  itu  Tuhan ”  Kataku  dalam  hati  sambil  menitihkan  air  mata  di  kelasku  sepi.
Tiba-tiba  temanku  bernama  Rival  datang  dan  melihatku  sedang  menangis.  Dengan  spontan  aku  mengusap  air  mataku.  Rival  menghampiriku  dan  bertanya  kepadaku.
“ Mengapa  kamu  menangis ? ”  Tanya  Rival  kepadaku
“ Tak  apa  kamu  tidak  cerita  kepadaku, tapi  aku  ingin  bertanya  satu  hal  dan  kamu  jangan  tersinggung,  Apakah  benar  yang  dikatakan  anak-anak  bahwa  kamu  seorang  pelacur ? Maaf ya”  Kata  Rival  sambil  menatapku.
“ Tentu  saja  tidak  Rival  aku  bukan  orang  yang  seperti  itu  dan  takkan  seperti  itu,  siapa  yang  cerita  kalau  aku  seperti  itu ? ” Kataku  sambil  menangis  lagi
“ Jangan  marah  aku  hanya  butuh  kepastian  aja kok, maaf  ya,  Aricha  yang  bilang  seperti  itu ” Jawab Rival.
“ Tidak  mungkin  Aricha  yang  memfitnahku  seperti  itu,  aku  tahu  Aricha ”  Bantahku  terhadap  perkataan  Rival.
“ Tapi  kenyataannya  memang  seperti  itu  anak  satu  kelas  adalah  saksinya ”  Diperjelas  oleh  Rival
Ternyata  Aricha  adalah  orang  yang  membuatku  menjadi  hina  dan  tidak  punya  harga  diri  dimata  semua  orang.  Tidak  kusangka,  orang  yang  aku  kenal  baik  ternyata  menusukku  dari  belakang.  Aku  hanya  bisa  berdo’a  supaya  kalian  semua  sadar  atas  semua  ini.  Akhirnya,  aku  pindah  sekolah  karena  namaku  benar-benar  sudah  tercoreng  di  sekolah  itu.  Hanya  beberapa  guru  dan  keluargaku   yang  tahu  aku pindah  ke sekolah  mana.  Kata-kata  terakhir  yang  ingin   aku  ucapkan  untuk  Aricha  “ Sungguh  kamu  cantik  tapi  tidak  seutuhnya ”.