Sabtu, 12 Oktober 2013

Cerpen Kamu Motivatorku

Kamu Motivatorku

Aku mempunyai sahabat yang sangat baik sekali. Dia sangat perhatian, suka menolong, pintar, tidak sombong dan menurutku dia segalanya. Aku sangat senang sekali berada didekatnya. Aku dan dia seolah adik dan kakak. Aku yang anak tunggal ini serasa mempunyai kakak semenjak mengenalnya. Kemana-mana kami selalu berdua. Seolah kami ini tidak dapat terpisahkan.
Suatu hari dia jatuh sakit. Dia terkena penyakit kanker otak yang stadiumnya masih terbilang rendah. Namun, dia tidak pernah cerita tentang hal itu. Dia tidak ingin aku sedih dan terbebani. Aku sangat kagum dengannya, karena meskipun dia seperti tapi dia tetap tersenyum dan tetap bahagia seperti biasanya. Mungkin jika aku menjadi dia, aku pasti akan sedih dan tidak bersemangat untuk menjalani hidup.
Suatu hari dia mengajakku ke rumah sakit. Aku terheran mengapa, karena pada saat itu aku masih belum tahu tentang penyakitnya.
“Kia, besok temani aku ke rumah sakit ya” Ajaknya kepadaku.
“Hah, ngapain Dam? siapa yang sakit?” Tanyaku kepadanya.
“Langsung heboh kan, aku mau check up Kia” Jawabnya.
“Loh kamu sakit apa? Kok tidak pernah cerita sih kamu” Tanyaku dengan bingung.
“Sakitku tidak parah kok, aku tidak mau kamu kepikiran sama hal ini” Jawabnya.
Setelah percakapan itu aku mulai bertanya-tanya sakit apa yang dideritanya dalam hati. Aku sangat penasaran tentang hal itu. Sejak saat itu juga aku mulai khawatir dan cemas dengan kondisinya. Aku sering menasehatinya untuk tidak terlalu memaksakan diri untuk mengerjakan sesuatu yang berat. Aku juga mengingatkan untuk tidak lupa makan dan minum obat.
Tanggal 9 Oktober adalah hari ulang tahunku. Adam memberiku kado yang benar-benar istimewa. Menurutku kado yang diberikan itu sangat mahal. Aku senang diberi hadiah olehnya tapi aku kecewa karena kadonya terlalu mahal. Aku berpikiran sebaiknya uang itu dipergunakan untuk biaya berobatnya.
“Dam makasih kadonya, tapi sepertinya itu terlalu mahal. Aku diberi barang yang murah pun aku suka Dam, lebih baik untuk berobatmu” Kataku.
“Berobatku itu nomor ke ratusan Kia, membuat orang disekitarku senang itu nomor satu termasuk kamu” Balasnya.
“Tapi Dam………”
“Sudahlah Kia, tidak usah terlalu memikirkan itu, aku tidak apa apa kok” Katanya sambil tersenyum kepadaku.
 Aku terheran dengannya dengan penyakit yang dideritanya, dia masih bisa tenang setenang air mengalir. Padahal aku yang hanya melihatnya, sangat khawatir dengan kondisinya.
Kondisinya semakin hari semakin memburuk, hampir setiap hari dia selalu berada di UKS karena dia sering pingsan. Berkali-kali petugas UKS, aku dan orang tuanya menyarankan untuk istirahat dirumah tapi dia tetap bersikeras untuk sekolah. Padahal kondisinya sangat tidak memungkinkan.
Suatu hari aku mengantarnya pulang ke rumah. Tidak sengaja aku hasil check up dia kemarin, yang berisikan stadium kanker otak yang dideritanya bertambah. Yang mana stadium tersebut sudah terbilang dan memasuki kondisi yang kritis. Setelah melihatnya, aku tidak bisa berhenti menangis hingga larut malam.
“Sayang, kamu kenapa menangis tanpa henti?” Tanya mama.
“Aku tidak apa apa ma” Jawabku sambil mengusap air mata.
“Cerita dong sayang, mungkin itu dapat melegakan hatimu” Kata mama.
“Adam ma, punya penyakit yang parah, aku takut kehilangannya” Kataku sambil menangis lagi.
“Doakan saja sayang supaya Adam cepat sembuh, jangan berpikiran yang aneh-aneh” Kata mama sambil memelukku.
Minggu selanjutnya, dia sudah benar-benar tidak dapat berangkat sekolah. Namun, setiap hari aku masih ke rumahnya untuk menjenguk. Terkadang aku menangis jika melihatnya terbaring ditempat tidur. Meskipun dia sudah seperti itu, dia masih tetap bisa menyemangatiku dan tersenyum manis.
Minggu selanjutnya lagi, dia dirawat inap di rumah sakit karena kondisinya semakin memburuk. Dia sudah susah untuk berjalan. Namun, dia masih bisa tersenyum seperti biasa. Aku benar-benar kagum terhadapnya. Dia dapat menutupi sakitnya di depan orang dia sayang.
Hari senin setelah dia dirawat di rumah sakit selama seminggu, aku mendapati sms darinya yang berisi “Selamat tinggal Kia, maafkan aku jika aku punya salah, aku akan pergi setelah kamu melihat senyum terakhirku. Tetap semangat, dan tersenyum setiap saat, jangan sedih ya, aku akan selalu ada dihatimu”. Setelah mendapati sms tersebut aku segera bergegas ke rumah sakit. Dia masih belum meninggal ternyata. Namun setelah dia memanggil namaku dan tersenyum kepadaku, dia menghembuskan napas terakhirnya.
Setelah itu aku menangis sambil memeluknya. Aku tidak kuasa menahan ini semua. Rasanya aku ingin hidup dimasa lalu lagi, dimana dia masih ceria bersamaku. Selama seminggu aku terus menerus menangis. Sejenak aku dapat berhenti menangis. Namun, jika aku sendirian tanpa ada yang mengajakku berbicara, aku akan menangis lagi. Benar-benar susah aku untuk menerima kepergianmu sahabat terbaikku Adam.





Selesai