Kamis, 18 Juli 2013

Ungkapan Hatiku

Hai, Apa kabar kamu yang disana? Aku turut senang ya kamu bisa bahagia sekarang. Kamu tau gak? Kamu nyadar gak? Kalau ada yang memperhatikanmu dari jauh. Kamu pasti bertanya siapa, aku yang memperhatikanmu, tapi mana mungkin kamu juga melakukan hal yang sama kepadaku. Meski kamu bukan siapa-siapaku lagi, aku tetap seperti dulu yang selalu mengagumimu. Maaf jika dulu aku tidak bisa jadi orang yang menyenangkan untukmu. Maaf juga aku sekarang menyebalkan menurutmu. Namun, kamu tau gak? Aku rasa ada perubahan sesuatu darimu. Aku merasa kamu tidak seperti dulu yang kukenal. Dulu jika ku puji selalu kamu berkata ah enggak, kamu itu berlebihan. Namun, sekarang aku dengar dari temanmu dan aku lihat kenyataannya, kamu itu sombong merasa paling pintar, paling tampan. Ingat kakak kamu pernah bilang ke aku kalau di atas langit itu masih ada langit lagi. Tapi nyatanya kamu sekarang seperti itu merasa kamu yang terbaik. Aku gak nyangka kamu bisa berubah 360˚ L. Aku gak tau apa yang membuatmu seperti itu. Aku juga ingin kita itu bisa akrab lagi seperti dulu. Tapi sepertinya kamu gak akan mau. Dulu itu aku benar-benar menganggapmu sebagai kakak cowokku yang paling baik. Seandainya aku bisa memperbaiki semuanya atau kembali ke masa lalu, agar hal ini tidak pernah terjadi. Susah memang bilang langsung ke kamu mangkanya aku nulis ini buat kamu. Semoga kamu baca ini ya. Semoga juga kamu peka ya. :)

From   : Maulidia Dewi Nur Aini

To        : Someone :)

Ini ada lagu buat kamu J

Kita Bukan Jodoh

Pada saat itu aku duduk di kelas 3 SMP. Kalau dengar anak SMP pasti yang ada dipikiran adalah anak yang sering mengalami cinta monyet. Aku juga pernah mengalami hal tersebut. Awalnya aku tidak kenal dengan anak tersebut karena dari kelas 1-3 SMP aku tidak pernah sekelas dengannya. Aku kenal dengannya melalui jejaring sosial yaitu Facebook. Lalu dia menjadikanku anggota keluarganya di Facebook sebagai ibu.
Keesokan harinya di sekolah aku berkata padanya “Bal jangan sebagai ibu ta”.
“Lah terus apa loh kalau bukan ibu?” Tanyanya.
“Saudara perempuan aja lah” Jawabku.
“Iya iya nanti aku ganti deh” Katanya.
Semenjak hari itu aku mulai akrab dengannya. Keesokan harinya saat aku di SSC, tiba-tiba ada SMS masuk yang berisi “Hello” tapi nomer HPnya tidak ada di kontak Hpku. Aku membalas SMS tersebut.
“Kamu siapa?” Tanyaku dalam SMS tersebut.
“Masa gak tau? Aku anak kelas 9B”.
“Owalah Iqbal to, kamu tau nomer Hpku dari siapa bal?”
“Dari siapa aja boleh”
“ Pelit kamu Bal, sudah ya aku lagi les nih, aku ingin konsen hehe”
“Loh maaf ya aku ganggu kamu, ya sudah bye”
Semakin akrab saja aku dengannya sejak itu. Sejak itu, setiap pulang sekolah selalu menyapa. Sejak itu juga aku dan dia hampir setiap hari saling mengirim SMS. Namun terkadang aku tidak membalas SMS darinya karena aku tidak mempunyai pulsa. Kami sering curhat-curhatan tentang anak yang kita sukai. Pada saat itu, dia masih menyukai Fifi dan aku masih menyukai Mada. Lucunya lagi aku dan Iqbal jika bertemu selalu aku berkata F dan dia M. Suatu hari pada saat istirahat, aku bertanya kepada Iqbal.
“Bal zodiakmu apa?”
“Zodiakku Cancer, kenapa?”
“Gak apa apa aku hanya tanya, ultahmu Juni akhir ya”
“Bukan ultahku Juli awal”
“Oh ya sama dong berarti, tanggal berapa bal?”
“Tanggal 3, kalau kamu tanggal berapa?”
“Tanggal 10”
Lalu setibaku di rumah aku langsung melihat kalender. Ternyata tanggal 3 dan 10 Juli itu di hari yang sama tapi beda minggu dan selisih satu minggu.
“Hah tahun depan sama-sama hari Selasanya, atas bawah lagi” Kataku setelah melihat kalender.
Lalu aku membuat status di Facebook. “Owalah pantesan aku merasa cocok temenan sama dia, wong ultahnya dihari yang sama tapi beda tanggal :D”
Dia mengomentari statusku “Hayo siapa itu”.
“Anak yang tadi aku tanyai zodiak”
“Loh aku ta”
“Ya iya lah siapa lagi”
“Loh tadi bukannya kamu bilang tanggal 10,aku kan tanggal 3”
“Loh maksudku harinya, lihaten ta tanggal 3 dan tanggal 10 Juli itu sama hari selasa tahun depan”
“Owalah memang enak ya temenan sama tukang odong-odong”
“Loh kok gitu sih Bal”
“Memang iya kan aku seperti tukang odong-odong”
“Gak boleh merendahkan diri gitu dong Bal, gak baik”
Begitulah Iqbal anak yang rendah hati sekali. Hal itu membuatku semakin nyaman berteman dengannya. Padahal dia itu anak yang pintar, baik, dan mudah bergaul. Aku heran sekali ada anak seperti dia. Entah juga dengan sesingkat ini aku dan dia seakrab ini.
Suatu hari muncul sebuah gossip kalau Dianira suka sama Iqbal. Perhatian Iqbal jadi berpaling ke Dianira. Meskipun aku dan Iqbal masih sering saling mengirim SMS tapi selalu topiknya tentang Dianira. Entah mengapa aku merasa cemburu, mungkin timbul rasa cinta kepadanya. Apalagi saat Iqbal mulai pendekatan kepada Dianira.
Setelah pulang sekolah tanggal 17 Februari 2012, mengajakku jalan bersama dari depan kelas 9A menuju gerbang sekolah. Dia ingin cerita sesuatu denganku. Namun, teman-temanku banyak yang berpikiran negatif dengan hal ini.
“Cieeeee Iqbal sama Maulidia mesra sekali” Kata Wisnu.
“Cieeee Maulidia, siapa itu hayo?” Kata Yuli.
“Apa sih kita loh hanya teman iya kan Bal” Kataku kepada Yuli.
“Apaan sih anak-anak itu” Kataku kepada Iqbal.
“Gak tahu padahal kita kan cuma jalan berdua aja sampai seperti itu nanggapinya” Kata Iqbal.
Setibaku di rumah kami SMS-an lagi. Kami cerita-cerita tentang kemeranaan kita berdua sebagai jomblo. Kami juga saling bercanda hingga aku lupa kalau waktunya les di SSC. Padahal saat itu aku sudah siap untuk berangkat. Memang ayahku masih ada tamu juga, jadi tidak bisa mengantarkanku. Akhirnya kami melanjutkan SMS lagi.
“Lanjut lagi Bal” kataku.
“Loh kok gak jadi les?”
“Ayahku ada tamu -_-”
“Loalah terus menurutmu siapa yang anak baik-baik”
“Ehmm Wigga, Wisnu, Mada dan kamu”
“Kalau Wigga gak mungkin soalnya udah punya pacar, Wisnu juga, Kalau gitu Mada”
“Mada gak mungkin juga dia kan suka sama Dianira”
“Kalau gitu aku aja (kalau gak salah lihat)”
“Ehmm mau aja toh juga selama ini aku merasa nyaman”
“Serius kalau gitu aku…..”
“Kamu apa Bal?”
“Aku mau nembak kamu, Mau gak jadi pacarku?”
“Hah kamu serius Bal? loh kok jadi kayak gini”
“Lah kamu ngomong serius gak sih tadi”
“Iya sih aku serius, memangnya kamu serius Bal”
“Iya aku serius mau gak jadi pacarku?”
“Hah beneran ta Bal?”
“Iya beneran, mau gak jadi pacarku”
“Iya deh jalani aja dulu lah”
“Kamu membuatku ngefly haha”
Sejak hari itu aku dan Iqbal statusnya bukan sebagai sahabat lagi tapi sebagai pacar. Aku sangat senang sekali bisa jadi pacarnya anak yang pintar, baik dan tidak sombong itu. Aku merasa hari itu aku sedang bermimpi. Namun, berita tersebut mudah sekali menyebar di kelasnya Iqbal maupun kelasku. Hal tersebut membuatku dan Iqbal kehabisan uang karena teman-teman meminta pajak jadian.
Setelah beberapa minggu, sekolahku mengadakan renang bersama di kolam renang pasar atom. Disana rasanya kami itu romantis banget. Apalagi waktu aku tidak bisa naik keluar dari kolam karena Iqbal mengulurkan tangannya untukku. Saat itu teman-temanku langsung heboh menyorakiku.
Setelah renang, kami jalan-jalan di ITC karena dekat dengan kolam renang atom. Kami lebih mesra lagi disana. Seperti biasa teman-teman kami selalu menyoraki kami. Namun, hari itu seru sekali karena Iqbal mengajakku bermain di Amazone. Memang hari itu tidak akan bisa kulupakan.
Namun beberapa minggu kemudian, Iqbal mulai cuek kepadaku. Awalnya aku masih bisa memakluminya dan bersikap sabar menghadapinya. Tapi lama-kelamaan teman-teman mengira kami sudah putus. Aku akhirnya berontak meskipun tidak langsung ke Iqbal.
“Maafkan aku ya kalau aku cuek sama kamu dan kamu sudah gak tahan, maaf juga ya aku gak bisa berbuat banyak buat kamu, kalau kamu mau putus aku juga gak apa apa kok” Kata Iqbal.
“Iya gak apa apa kok Bal, Kalau putus sih gak Bal, aku takutnya nanti aku malah down” Kataku.
“Ehmmm tapi menurutku kita lebih cocok sebagai teman aja deh”.
Saat itu hubunganku denagan Iqbal sudah kandas. Awalnya aku bisa tegar menerimanya dan setuju dengan perkataan Iqbal. Namun, setelah UNAS telah usai aku mulai merasakan rasanya sakit hati yang begitu dalam. Hingga aku sudah tidak bisa membendung tangisanku.
Beberapa bulan kemudian, aku mencari tahu tentang apa yang membuat dia mudah untuk berkata putus. Aku menyamar menjadi temannya Maulidia yang bernama Tari. Tari saat itu benar-benar marah kepada Iqbal. Akhirnya semua terbukti bahwa masa laluku membuat hubungan itu berakhir.

Setelah aku tau semua itu, aku kecewa kepada Iqbal. Dia tidak pernah percaya bahwa cintaku tulus dan hanya dia yang ada dihatiku. Sejak itu aku membuat kesimpulan bahwa aku dan Iqbal tidak ditakdirkan bersama. Bodohnya aku tidak mengingat kata-kata yang aku ucapkan sendiri bahwa aku hanya merasa cocok berteman dengannya tidak lebih. Sejak hari itu aku seolah kehilangan seorang kakak yang baik bukan pacar. Namun, sekarang aku tidak bisa jadi adikmu lagi. Seandainya waktu dapat aku putar kembali :’(. Intinya “Kita bukan Jodoh Bal”.