Pada
saat itu aku duduk di kelas 3 SMP. Kalau dengar anak SMP pasti yang ada
dipikiran adalah anak yang sering mengalami cinta monyet. Aku juga pernah
mengalami hal tersebut. Awalnya aku tidak kenal dengan anak tersebut karena
dari kelas 1-3 SMP aku tidak pernah sekelas dengannya. Aku kenal dengannya
melalui jejaring sosial yaitu Facebook. Lalu dia menjadikanku anggota
keluarganya di Facebook sebagai ibu.
Keesokan
harinya di sekolah aku berkata padanya “Bal jangan sebagai ibu ta”.
“Lah
terus apa loh kalau bukan ibu?” Tanyanya.
“Saudara
perempuan aja lah” Jawabku.
“Iya
iya nanti aku ganti deh” Katanya.
Semenjak
hari itu aku mulai akrab dengannya. Keesokan harinya saat aku di SSC, tiba-tiba
ada SMS masuk yang berisi “Hello” tapi nomer HPnya tidak ada di kontak Hpku.
Aku membalas SMS tersebut.
“Kamu
siapa?” Tanyaku dalam SMS tersebut.
“Masa
gak tau? Aku anak kelas 9B”.
“Owalah
Iqbal to, kamu tau nomer Hpku dari siapa bal?”
“Dari
siapa aja boleh”
“
Pelit kamu Bal, sudah ya aku lagi les nih, aku ingin konsen hehe”
“Loh
maaf ya aku ganggu kamu, ya sudah bye”
Semakin
akrab saja aku dengannya sejak itu. Sejak itu, setiap pulang sekolah selalu
menyapa. Sejak itu juga aku dan dia hampir setiap hari saling mengirim SMS. Namun
terkadang aku tidak membalas SMS darinya karena aku tidak mempunyai pulsa. Kami
sering curhat-curhatan tentang anak yang kita sukai. Pada saat itu, dia masih
menyukai Fifi dan aku masih menyukai Mada. Lucunya lagi aku dan Iqbal jika
bertemu selalu aku berkata F dan dia M. Suatu hari pada saat istirahat, aku
bertanya kepada Iqbal.
“Bal
zodiakmu apa?”
“Zodiakku
Cancer, kenapa?”
“Gak
apa apa aku hanya tanya, ultahmu Juni akhir ya”
“Bukan
ultahku Juli awal”
“Oh
ya sama dong berarti, tanggal berapa bal?”
“Tanggal
3, kalau kamu tanggal berapa?”
“Tanggal
10”
Lalu
setibaku di rumah aku langsung melihat kalender. Ternyata tanggal 3 dan 10 Juli
itu di hari yang sama tapi beda minggu dan selisih satu minggu.
“Hah
tahun depan sama-sama hari Selasanya, atas bawah lagi” Kataku setelah melihat
kalender.
Lalu
aku membuat status di Facebook. “Owalah pantesan aku merasa cocok temenan sama
dia, wong ultahnya dihari yang sama tapi beda tanggal :D”
Dia
mengomentari statusku “Hayo siapa itu”.
“Anak
yang tadi aku tanyai zodiak”
“Loh
aku ta”
“Ya
iya lah siapa lagi”
“Loh
tadi bukannya kamu bilang tanggal 10,aku kan tanggal 3”
“Loh
maksudku harinya, lihaten ta tanggal 3 dan tanggal 10 Juli itu sama hari selasa
tahun depan”
“Owalah
memang enak ya temenan sama tukang odong-odong”
“Loh
kok gitu sih Bal”
“Memang
iya kan aku seperti tukang odong-odong”
“Gak
boleh merendahkan diri gitu dong Bal, gak baik”
Begitulah
Iqbal anak yang rendah hati sekali. Hal itu membuatku semakin nyaman berteman
dengannya. Padahal dia itu anak yang pintar, baik, dan mudah bergaul. Aku heran
sekali ada anak seperti dia. Entah juga dengan sesingkat ini aku dan dia
seakrab ini.
Suatu
hari muncul sebuah gossip kalau Dianira suka sama Iqbal. Perhatian Iqbal jadi
berpaling ke Dianira. Meskipun aku dan Iqbal masih sering saling mengirim SMS
tapi selalu topiknya tentang Dianira. Entah mengapa aku merasa cemburu, mungkin
timbul rasa cinta kepadanya. Apalagi saat Iqbal mulai pendekatan kepada
Dianira.
Setelah
pulang sekolah tanggal 17 Februari 2012, mengajakku jalan bersama dari depan
kelas 9A menuju gerbang sekolah. Dia ingin cerita sesuatu denganku. Namun,
teman-temanku banyak yang berpikiran negatif dengan hal ini.
“Cieeeee
Iqbal sama Maulidia mesra sekali” Kata Wisnu.
“Cieeee
Maulidia, siapa itu hayo?” Kata Yuli.
“Apa
sih kita loh hanya teman iya kan Bal” Kataku kepada Yuli.
“Apaan
sih anak-anak itu” Kataku kepada Iqbal.
“Gak
tahu padahal kita kan cuma jalan berdua aja sampai seperti itu nanggapinya”
Kata Iqbal.
Setibaku
di rumah kami SMS-an lagi. Kami cerita-cerita tentang kemeranaan kita berdua sebagai
jomblo. Kami juga saling bercanda hingga aku lupa kalau waktunya les di SSC.
Padahal saat itu aku sudah siap untuk berangkat. Memang ayahku masih ada tamu
juga, jadi tidak bisa mengantarkanku. Akhirnya kami melanjutkan SMS lagi.
“Lanjut
lagi Bal” kataku.
“Loh
kok gak jadi les?”
“Ayahku
ada tamu -_-”
“Loalah
terus menurutmu siapa yang anak baik-baik”
“Ehmm
Wigga, Wisnu, Mada dan kamu”
“Kalau
Wigga gak mungkin soalnya udah punya pacar, Wisnu juga, Kalau gitu Mada”
“Mada
gak mungkin juga dia kan suka sama Dianira”
“Kalau
gitu aku aja (kalau gak salah lihat)”
“Ehmm
mau aja toh juga selama ini aku merasa nyaman”
“Serius
kalau gitu aku…..”
“Kamu
apa Bal?”
“Aku
mau nembak kamu, Mau gak jadi pacarku?”
“Hah
kamu serius Bal? loh kok jadi kayak gini”
“Lah
kamu ngomong serius gak sih tadi”
“Iya
sih aku serius, memangnya kamu serius Bal”
“Iya
aku serius mau gak jadi pacarku?”
“Hah
beneran ta Bal?”
“Iya
beneran, mau gak jadi pacarku”
“Iya
deh jalani aja dulu lah”
“Kamu
membuatku ngefly haha”
Sejak
hari itu aku dan Iqbal statusnya bukan sebagai sahabat lagi tapi sebagai pacar.
Aku sangat senang sekali bisa jadi pacarnya anak yang pintar, baik dan tidak
sombong itu. Aku merasa hari itu aku sedang bermimpi. Namun, berita tersebut
mudah sekali menyebar di kelasnya Iqbal maupun kelasku. Hal tersebut membuatku
dan Iqbal kehabisan uang karena teman-teman meminta pajak jadian.
Setelah
beberapa minggu, sekolahku mengadakan renang bersama di kolam renang pasar
atom. Disana rasanya kami itu romantis banget. Apalagi waktu aku tidak bisa
naik keluar dari kolam karena Iqbal mengulurkan tangannya untukku. Saat itu
teman-temanku langsung heboh menyorakiku.
Setelah
renang, kami jalan-jalan di ITC karena dekat dengan kolam renang atom. Kami
lebih mesra lagi disana. Seperti biasa teman-teman kami selalu menyoraki kami.
Namun, hari itu seru sekali karena Iqbal mengajakku bermain di Amazone. Memang
hari itu tidak akan bisa kulupakan.
Namun
beberapa minggu kemudian, Iqbal mulai cuek kepadaku. Awalnya aku masih bisa
memakluminya dan bersikap sabar menghadapinya. Tapi lama-kelamaan teman-teman
mengira kami sudah putus. Aku akhirnya berontak meskipun tidak langsung ke
Iqbal.
“Maafkan
aku ya kalau aku cuek sama kamu dan kamu sudah gak tahan, maaf juga ya aku gak
bisa berbuat banyak buat kamu, kalau kamu mau putus aku juga gak apa apa kok”
Kata Iqbal.
“Iya
gak apa apa kok Bal, Kalau putus sih gak Bal, aku takutnya nanti aku malah
down” Kataku.
“Ehmmm
tapi menurutku kita lebih cocok sebagai teman aja deh”.
Saat
itu hubunganku denagan Iqbal sudah kandas. Awalnya aku bisa tegar menerimanya
dan setuju dengan perkataan Iqbal. Namun, setelah UNAS telah usai aku mulai
merasakan rasanya sakit hati yang begitu dalam. Hingga aku sudah tidak bisa
membendung tangisanku.
Beberapa
bulan kemudian, aku mencari tahu tentang apa yang membuat dia mudah untuk
berkata putus. Aku menyamar menjadi temannya Maulidia yang bernama Tari. Tari
saat itu benar-benar marah kepada Iqbal. Akhirnya semua terbukti bahwa masa
laluku membuat hubungan itu berakhir.
Setelah
aku tau semua itu, aku kecewa kepada Iqbal. Dia tidak pernah percaya bahwa
cintaku tulus dan hanya dia yang ada dihatiku. Sejak itu aku membuat kesimpulan
bahwa aku dan Iqbal tidak ditakdirkan bersama. Bodohnya aku tidak mengingat
kata-kata yang aku ucapkan sendiri bahwa aku hanya merasa cocok berteman
dengannya tidak lebih. Sejak hari itu aku seolah kehilangan seorang kakak yang
baik bukan pacar. Namun, sekarang aku tidak bisa jadi adikmu lagi. Seandainya
waktu dapat aku putar kembali :’(. Intinya “Kita bukan Jodoh Bal”.