Tidak Seutuhnya Cantik
Pada saat aku
pertama masuk di
kelasku yang baru,
aku bingung duduk
dimana karena tempat
duduknya hampir penuh.
Tiba-tiba aku terpikir untuk
memilih duduk disebelah
anak cantik yang
berjilbab.
Aku berkata “ Apakah aku boleh
duduk disini ? ”
Dia menjawab “ Oh tentu saja boleh ”
Lalu Aku berkata “ Terima kasih ”
Lalu aku duduk disebelahnya
dan berkenalan dengannya. Dia
bernama Aricha. Kami
juga berbincang-bincang tentang
kelas yang kami
tempati tahun lalu. Dalam satu
hari saja aku
merasa senang berteman
dengannya. Setiap hari
aku juga merasa
seperti itu. Juga
semakin hari aku
sema Menurutku dia
anak yang baik, pintar, dan tidak
sombong. Dia juga
taat beribadah, juga
sering melaksanakan puasa
sunnah.
Setelah satu bulan,
aku mulai akrab
dengan teman sekelasku.
Teman-teman juga sudah
mulai mengenalku. Aku
juga mulai tahu
siapa saja yang
termasuk anak pintar
di kelas. Suatu
hari, ada salah
satu temanku yang
mengejekku dengan kata-kata
yang sangat menusuk
hati.
“ Heh kamu, anak
yang tidak tahu
diri, berkaca sana
mukamu seperti apa
itu ” Ejek salah
satu temanku yang
ditujukan kepadaku dan langsung didepanku.
Aku hanya bisa
diam dan aku
tidak berontak sama
sekali karena aku
tidak ingin membuat
masalah dengannya. Aku
tidak tahu mengapa
dan apa yang
membuat temanku berkata
seperti itu. Kata-kata
itu juga dikatakan
berkali-kali dan tidak
hanya satu anak
yang mengatakannya. Setiap
hari aku selalu
terheran dan terus bertanya.
Suatu hari aku
mencurahkan hatiku ke mamaku tentang
kejadian disekolah.
“ Ma, aku heran sama
teman-temanku, mereka mengejekku
dengan kata-kata yang
menusuk hati dan aku
tidak tahu maksudnya
apa ” Aku berkata
dengan sedih
“ Sudah tidak usah
dimasukkin ke hati,
anggap saja angin itu
sebagai yang hanya
lewat ” Kata mamaku
sambil menghiburku.
Namun, semakin lama
semakin sering mereka mengejekku.
Kata-kata yang mereka
ucapkan lebih menusuk
hati daripada sebelumnya.
Kata-kata itu juga
sangat melecehkan harga
diriku. Terutama anak
laki-laki.
“ Heh, kamu itu
buat apa kamu
pakai jilbab kalau
tingkah lakumu seperti
itu, lepas aja
jilbab itu ” Ejek
temanku dengan sangat
kasar.
Benar-benar aku tidak
habis pikir, kata-kata
yang dilontarkannya sangat
kasar. Seolah aku ini
orang yang hina
dan sangat tidak
ada harganya bagi
mereka. Semakin hari
semakin menjadi kebencian
mereka kepadaku. Aku
tidak tahu harus
berbuat apa. Aku
hanya bisa berdo’a
kepada Tuhan atas semua
yang terjadi.
Satu semester telah
berlalu, namun mereka
tetap seperti itu
kepadaku. Lebih parah
lagi beberapa anak
dari kelas lain
juga seperti itu.
Kata-kata yang mereka
lontarkan semakin kasar
dan tidak senonoh.
“ Cewek, kamu cantik
banget sih, nanti
malam mau gak
tidur sama aku,
berapa sih pasti
aku bayar kok ”
Kata salah satu
anak dari kelas
sebelah
“ Eh, cewek pelacur
lewat, tapi kok
pakai jilbab ya ”
Kata anak lain
dari kelas yang
berbeda.
“ Ya Tuhan sungguh
aku sangat hina dimata
mereka, mengapa seperti
itu Tuhan ” Kataku
dalam hati sambil
menitihkan air mata
di kelasku sepi.
Tiba-tiba temanku bernama
Rival datang dan
melihatku sedang menangis.
Dengan spontan aku
mengusap air mataku.
Rival menghampiriku dan
bertanya kepadaku.
“ Mengapa kamu menangis ? ”
Tanya Rival kepadaku
“ Tak apa kamu
tidak cerita kepadaku, tapi aku
ingin bertanya satu
hal dan kamu
jangan tersinggung, Apakah
benar yang dikatakan
anak-anak bahwa kamu
seorang pelacur ? Maaf ya” Kata
Rival sambil menatapku.
“ Tentu saja tidak
Rival aku bukan
orang yang seperti
itu dan takkan
seperti itu, siapa
yang cerita kalau
aku seperti itu ? ” Kataku sambil
menangis lagi
“ Jangan marah aku
hanya butuh kepastian
aja kok, maaf ya, Aricha
yang bilang seperti
itu ” Jawab Rival.
“ Tidak mungkin Aricha
yang memfitnahku seperti
itu, aku tahu
Aricha ” Bantahku terhadap
perkataan Rival.
“ Tapi kenyataannya memang
seperti itu anak
satu kelas adalah
saksinya ” Diperjelas oleh
Rival
Ternyata Aricha adalah
orang yang membuatku
menjadi hina dan
tidak punya harga
diri dimata semua
orang. Tidak kusangka,
orang yang aku
kenal baik ternyata
menusukku dari belakang.
Aku hanya bisa
berdo’a supaya kalian
semua sadar atas
semua ini. Akhirnya,
aku pindah sekolah
karena namaku benar-benar
sudah tercoreng di
sekolah itu. Hanya
beberapa guru dan keluargaku yang
tahu aku pindah ke sekolah
mana. Kata-kata terakhir
yang ingin aku
ucapkan untuk Aricha
“ Sungguh kamu cantik
tapi tidak seutuhnya ”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar